Kalau
Sunda punya Si Cepot, maka orang Tionghoa memiliki Wayang Potehi. Kabarnya
wayang Potehi tercipta oleh lima
orang terpidana mati yang menghibur diri menjelang eksekusi mereka. Bukan saja
sebagai media hiburan, wayang Potehi juga unik dan memiliki nilai seni tinggi.
Wayang Potehi di Indonesia juga masih terus berkembang hingga kini, khususnya
semenjak kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid (alm).
Asal Usul Wayang Potehi
Lima terpidana mati
asal Tiongkok disebut-sebut sebagai orang-orang yang memainkan Wayang Potehi
pertama kalinya. Ceritanya bermula saat kelima terpidana mati ini sedang
meratapi nasib mereka yang divonis hukuman mati. setelah beberapa saat mereka
bersedih, lantas mereka berpikir “untuk apa kita bersedih? toh kita akan mati,
lebih baik kita bersenang-senang dan menghibur diri sebelum kita dieksekusi.”
Salah
satu dari mereka mendapat ide cemerlang untuk membuat wayang yang terbuat dari
kayu (Hie), kain (Poo) serta kantung (Tay).
Setelah wayang itu tercipta, mereka mengumpulkan ‘alat musik’ yang berasal dari
peralatan dapur seperti piring, panci dan wajan yang berfungsi sebagai
tetabuhan pengiring wayang.
Setelah
semuanya siap, mereka-pun memainkan wayang tersebut dengan penuh penjiwaan. Tak
disangka, Kaisar mendengar permainan mereka dan mencari asal suara-suara
tersebut. Setelah Kaisar yang terpesona dengan permainan tersebut menemukan
mereka, hukuman mereka-pun akhirnya dibebaskan. Mulai dari saat itulah Wayang
Potehi berkembang hingga sekarang.
Wayang Potehi di
Tanah Air
Rupanya,
kita harus berterimakasih kepada almarhum Presiden
RI ke-4, Abdurrahman Wahid karena
perkembangan dan keberadan etnis serta budaya Tionghoa di tanah air dapat
bernapas lega pada masa pemerintahannya.
Kesenian
Tionghoa seperti Barongsai, dan Wayang Potehi mendapat udara segar, komunitas
Wayang Golek versi Tionghoa ini juga berkembang dengan pesat. Masyarakat Jawa
Timur ternyata masih menaruh perhatian yang cukup besar pada Wayang Potehi.
Selain itu, ada komunitas di daerah lain seperti di Jakarta,
Semarang dan
Sumatera.
Wayang
Potehi juga merupakan salah satu bagian dari ritual pemujaan pada dewa.
Pementasan ini dilakukan dengan tujuan agar proses ritual pemujaan menjadi
lebih sakral.
Dalang Wayang
Potehi
Seperti
halnya pada wayang lainnya, Wayang Potehi juga memerlukan dalang. Mereka
memainkan wayang yang memiliki ciri khas seperti pada negara asalnya. Pakaian
tradisional, hiasan, dandanan dan wajah yang disesuaikan menyerupai kebanyakan
orang Cina. ezon7.blogspot.com
Bahasa
yang digunakan juga harus ke-Cina-cinaan, maksudnya walaupun menggunakan bahasa
Indonesia tapi sang dalang haris memainkan alur cerita Wayang potehi dengan
dialeg Tionghoa.
Biasanya
dalang Wayang Potehi dibantu dengan beberapa orang asisten, dan beberapa
pemusik (Lo Tay) yang biasanya berjumlah empat orang.
Asisten dalang sangat dibutuhkan, apalagi bila ada skenario yang menampilkan empat karakter sekaligus. Alur pementasan Wayang Potehi tidak serumit Wayang Kulit dan Wayang Golek. Sebagai pembukaan, Lo Tay menyuguhkan permainan apik mereka selama kurang lebih setengah jam sebelum masuk ke alur cerita. Biasanya Lo Tay memainkan lagu-lagu tradisional Cina, tapi seiring perkembangan zaman, mereka juga sering memainkan lagu Cina modern.
Asisten dalang sangat dibutuhkan, apalagi bila ada skenario yang menampilkan empat karakter sekaligus. Alur pementasan Wayang Potehi tidak serumit Wayang Kulit dan Wayang Golek. Sebagai pembukaan, Lo Tay menyuguhkan permainan apik mereka selama kurang lebih setengah jam sebelum masuk ke alur cerita. Biasanya Lo Tay memainkan lagu-lagu tradisional Cina, tapi seiring perkembangan zaman, mereka juga sering memainkan lagu Cina modern.
Sebelum
masuk ke babak cerita, sang dalang akan melakukan Kwan, yaitu ritual khas Cina.
Ritual Kwan menggambarkan adegan para dewa yang sedang bersembahyang di
Klenteng. Setelah ritual selesai, dalang akan melanjutkan dengan cerita utama.
Pada
akhir pertunjukkan, dalang Potehi akan mengeluarkan dua boneka laki-laki dan
perempuan berbusana merah, untuk melambangkan kegembiraan dan penghormatan
terhadap dewa.
Pementasan Potehi
Tema
cerita Wayang Potehi biasanya dipengaruhi oleh tempat pementasan. Bila wayang
dipentaskan di Klenteng, biasanya mengambil tema cerita asli Tiongkok, seperti
Legenda Dinasti Tong, Dinasti Song, atau Dinasti Ming. Tetapi bila Wayang
Potehi dipentaskan di hadapan penonton atau di luar Klenteng untuk acara
hajatan atau acara lainnya, biasanya mengambil cerita populer, seperti Kera
Sakti (Sun Go Kong), Sam Pek Eng Tay, Si Jin Kui, Pendekar Gunung Liang Siang. ezon7.blogspot.com
Salah
satu tokoh unik dalam Wayang Potehi adalah tokoh Kwan Kong. Dewa Perang ini
memiliki asesoris senjata berupa golok. Tokoh yang satu ini memiliki keunikan
karena daya mistis tersendiri. Ada
cerita yang mengatakan bahwa tangan si pengrajin selalu terluka saat membuat
tokoh ini. Untuk itu, jika akan selamat dalam pembuatan tokoh Kwan Kong maka si
pengrajin harus melakukan ritual khusus terlebih dahulu.
Pementasan
Wayang Potehi biasanya dilakukan secara serial. Karena jika memainkan cerita
secara keseluruhan tidak cukup dalam waktu sehari, bahkan ada cerita yang
memerlukan waktu pementasan selama tiga bulan untuk menamatkannya.
Pementasan
Potehi biasanya sering digelar pada bulan ketiga (Sagwee) hingga bulan sepuluh.
Hal tersebut disebabkan karena pada bulan-bulan tersebut banyak Klenteng yang
merayakan ulang tahun. Biasanya, pengurus Klenteng lebih dahulu mendaftar
jumlah umat yang ingin menanggap Wayang Potehi untuk selamatan, kemudian pihak
pementas akan bermain sesuai jumlah pendaftar tersebut.